Pakaian Adat Simalungun
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku
Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku
Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos
yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya. Ulos pada mulanya identik
dengan ajimat, dipercaya mengandung “kekuatan” yang bersifat religius
magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan
perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku
bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan
Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan
ulosnya.
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber
kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang
sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan
saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api).
Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan
mangulosi (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian
kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup
kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup
punggung dan lain-lain. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif
memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya ulos penutup kepala
wanita disebut suri-suri, ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita
disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang
disebut jabit. Ulos dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan
kekerabatan Simalungun yang disebut Dalihan Natolu, yang terdiri dari
tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah
(sarung).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup
Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap (
Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun
kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari
trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik,
dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang
Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar